Baraya jarambah-4 Nagara Tumasek-Singapura
Singapura (nama resmi: Republik Singapura) adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mi) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan ketiga di dunia[4] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[5]
Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.[6] 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.[7][8] Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako.[9] A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.[10]
Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.[11] Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasiberdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.[12]
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia.[13] Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.[14][15] Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.[16][17]
Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,[18] Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.
Singapura (nama resmi: Republik Singapura) adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mi) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan ketiga di dunia[4] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[5]
Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.[6] 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.[7][8] Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako.[9] A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.[10]
Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.[11] Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasiberdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.[12]
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia.[13] Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.[14][15] Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.[16][17]
Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,[18] Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.
Sebelum abad ke-19[sunting | sunting sumber]
Catatan pertama permukiman di Singapura berasal dari abad ke-2 Masehi.[22] Pulau ini merupakan pos luar Kerajaan Sriwijaya di Sumatera yang memberi nama Temasekdalam bahasa Jawa yang berarti 'kota laut'. Antara abad ke-16 dan awal abad ke-19, Singapura menjadi bagian dari Kesultanan Johor. Tahun 1613, perompak Portugis membakar permukiman di mulut Sungai Singapura dan pulau ini menjadi tidak terlalu diperhatikan sampai dua abad selanjutnya.
Kekuasaan kolonial Britania[sunting | sunting sumber]
Pada 28 Januari 1819, Thomas Stamford Raffles mendarat di pulau utama di Singapura. Ia ditugaskan oleh Perusahaan Dagang Hindia Timur Britania (East Indian Company, EIC) untuk mencari lokasi strategis untuk membangun pelabuhan di mulut Selat Malaka, menandingi dominasi Belanda, yang saat itu sedang melemah seiring bertubi-tubinya pergantian kekuasaan sejak bangkrutnya VOC, pendudukan Perancishingga berdirinya Kerajaan Belanda.
Di pulau tersebut, ia menjumpai sebuah kampung suku Melayu dipimpin Tumenggung Abdu'r Rahman, yang merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Johor, yang saat itu sedang ada konflik perebutan kekuasaan antara Sultan Johor Abdul Rahman dengan kakak tirinya, Tengku Hussein Shah (Tengku Long) yang hidup di pengasingan di Kepulauan Riau. Melihat peluang bagus, baik sebagai pos dagang strategis untuk kawasan Asia Tenggara, maupun kesempatan untuk memperoleh dukungan dari penguasa setempat, Raffles membujuk Tumenggung Abdu'r Rahman untuk menyelundupkan Tengku Hussein ke Singapura, dan membantunya merebut haknya atas tahta Kesultanan Johor. Setelah bertemu Tengku Hussein, Raffles pun membuat kesepakatan bahwa Inggris, dalam hal ini EIC, bersedia membantu Tengku Hussein merebut tahta dan memberikan tunjangan tahunan dengan imbalan diberikan hak khusus untuk membangun pos dagang dan pelabuhan di bagian selatan pulau Temasek di sisi timur Sungai Singapura sekarang. Kesepatan tersebut ditandatangani pada tanggal 6 Februari 1819. Setelah penadatanganan kesepakatan ini, Raffles pun memproklamirkan nama baru untuk bandar yang akan ia dirikan, yaitu Singapura.[23]
Raffles kembali ke Bengkulu segera setelah penandatanganan perjanjian dengan Sultan Johor tersebut dan menugaskan Mayor William Farquhar untuk memimpin permukiman baru tersebut dengan jabatan Residen, dengan beberapa meriam dan 1 resimen infantri tentara India. Membangun sebuah pelabuhan niaga dari nol adalah sebuah tantangan yang berat. Farquhar hanya menerima dana yang tidak banyak, sementara ia dilarang untuk memungut pajak pelabuhan untuk meningkatkan pendapatan lantara Raffles sudah memutuskan bahwa Singapura akan menjadi pelabuhan bebas.
Farquhar mengundang pendatang-pendatang untuk datang ke Singapura, dan ia menempatkan seorang petugas di Pulau Saint John (atau P. Sekijang Bendera), 6,5 mil selatan kampung Temasek, untuk mengundang kapal-kapal yang melintas untuk singgah di Singapura. Berita tentang pelabuhan bebas yang baru dengan cepat menyebar ke seluruh kepulauan seantero Asia Tenggara, pedagang-pedagang Bugis, China, dan Arab berdatangan ke pulau tersebut, berupaya menghindari pembatasan dagang Belanda. Dalam tahun pertama bandar ini beroperasi, perdagangan yang melalui Singapura terlah mencapai nilai $400,000 (dollar Spanyol). Pada tahun 1821, populasi penduduknya telah meningkat hingga mencapai sekitar 5.000 orang, dan volume perdagangan terlah mencapai nilai $8 juta. Populasi menembus angka 10.000 orang pada tahun 1825, dan volume perdagangan senilai $22 juta, Singapura melampaui pelabuhan Penang yang lebih dulu berdiri.[24]
Raffles baru kembali ke Singapura pada tahun 1822 dan ia mengkritik kebijakan-kebijakan yang dibuat Farquhar, terlepas dari kesuksesan Farquhar memimpin bandar baru itu di masa-masa awal yang sulit. Contohnya, dalam rangka menghasilkan pendapatan yang sangat mendesak, Farquhar telah melakukan penjualan lisensi perjudian dan perdagangan opium, yang dipandang Raffles sebagai penyakit sosial yang berbahaya. Kedua komoditi itu pula yang membuat munculnya kriminalisme, termasuk datangnya bajak-bajak lautdari China dan Filipina, selain Inggris dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Selain itu di Singapura tumbuh pasar budak. Terkejut dengan kacaunya situasi di koloni tersebut, Raffles menyusun draft kebijakan baru untuk permukiman. Ia juga mengorganisir Singapura dalam pembagian berdasarkan fungsi dan kelompok etnis di bawah Raffles Plan of Singapore.[24] Hari, jejak-jeak pembagian tersebut masih bisa dijumpai di kota tua Singapura.
Awalnya Farquhar tidak menerima kebijakan baru Raffles tersebut. Raffles memecat dan meminta Farquhar pergi dari Singapura. Farquhar menolak pemecatan itu dan belakangan menuntut Raffles atas tindakannya yang tiran. Dan konflik ini berlanjut hingga kepergian Raffles pada Oktober 1823 dan tidak pernah kembali lagi hingga wafat di usia 44 tahun pada tahun 1826.[25]. Sedangkan Farquhar baru pergi meninggalkan kota yang dia bangun sepenuhnya dari nol tersebut pada 28 Desember 1823, menetap di Inggris hingga pensiun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal dan wafat di Perth, Skotlandia pada tahun 1839.
Jabatan Residen Inggris di Singapura diisi oleh John Crawfurd, seorang administrator yang efisien dan hemat, dengan jabatan baru Gubernur.[26] Pada 7 Juni 1823, John Crawfurd menandatangani perjanjian kedua dengan Sultan dan Temenggong, yang memperluas kekuasaan Inggris ke hampir seluruh pulau. Sultan dan Tumenggong menukar hak-hak administratif mereka di pulau tersebut, termasuk pemungutan pajak pelabuhan dengan tunjangan bulanan seumur hidup, masing-masing sebesar $1500 dan $800. Perjanjian ini menyebabkan pulau tersebut masuk jurisdiksi Hukum Inggris, dengan ketentuan yang akan tetap memperhitungkan budaya, tradisi dan agama orang Melayu.[24]Pada tahun 1824, Singapura diserahkan selama-lamanya kepada EIC oleh Sultan.
Periode Perang Dunia II dan pascaperang[sunting | sunting sumber]
Selama Perang Dunia II, Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menjajah Malaya, berakhir pada Pertempuran Singapura. Pihak Britania dikalahkan dalam enam hari dan menyerahkan benteng yang seharusnya tidak terkalahkan kepada Jenderal Tomoyuki Yamashita pada 15 Februari 1942. Penyerahan ini disebut oleh Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill sebagai "bencana terburuk dan penyerahan terbesar dalam sejarah Britania Raya".[27] Pembantaian Sook Ching terhadap etnis Tionghoa setelah Singapura ditaklukkan memakan korban antara 5.000 dan 25.000 jiwa.[28] Jepang mengganti nama Singapura menjadi Shōnantō (昭南島), dari kata-kata Jepang "Shōwa no jidai ni eta minami no shima" ("昭和の時代に得た南の島"), atau "pulau selatan yang diperoleh pada periode Shōwa", dan mendudukinya sampai Britania menguasai kembali pulau ini pada 12 September 1945, satu bulan setelah penyerahan Jepang.
Setelah perang, pemerintah Britania Raya mengizinkan Singapura mengadakan pemilihan umum pertamanya tahun 1955 yang dimenangkan oleh kandidat pro-kemerdekaan, David Saul Marshall, ketua partai Front Buruh yang kemudian menjadi Menteri Utama.
Demi menuntut pemerintahan sendiri secara penuh, Marshall memimpin delegasi ke London, tetapi ditolak oleh Britania. Ia mengundurkan diri setelah kembali ke Singapura dan digantikan oleh Lim Yew Hock, yang kebijakannya kemudian meyakinkan pihak Britania. Singapura diberi hak pemerintahan internal sendiri secara penuh dengan perdana menteri dan kabinetnya mengawasi segala urusan pemerintah kecuali pertahanan dan urusan luar negeri.
Pemilihan diadakan pada 30 Mei 1959 dengan Partai Aksi Rakyat memenangkan pemilu. Singapura langsung menjadi negara dengan pemerintahan sendiri di dalam Persemakmuran pada 3 Juni 1959, dan Lee Kuan Yew disumpah sebagai perdana menteri pertama Singapura.[29] Kemudian Gubernur Singapura, Sir William Almond Codrington Goode, menjabat sebagai Yang di-Pertuan Negara pertama hingga 3 Desember 1959. Ia digantikan oleh Yusof bin Ishak, kemudian Presiden Singapura pertama.
Singapura mengumumkan kemerdekaannya dari Britania secara unilateral pada Agustus 1963,[30] sebelum bergabung dengan Federasi Malaysia pada September bersama dengan Malaya, Sabah dan Sarawak sebagai hasil dari Referendum Penggabungan Singapura 1962. Singapura dikeluarkan dari Federasi dua tahun setelah konflik ideologi yang memanas antara pemerintah PAP Singapura dan pemerintah federal di Kuala Lumpur.
Kemerdekaan (sejak 1965)[sunting | sunting sumber]
Singapura secara resmi memperoleh kedaulatan pada 9 Agustus 1965.[31] Yusof bin Ishak disumpah sebagai presiden, dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Republik Singapura.
Tahun 1990, Goh Chok Tong menggantikan Lee sebagai perdana menteri. Selama masa pemerintahannya, negara ini menghadapi Krisis Keuangan Asia 1997, wabah SARS, dan ancaman teroris oleh Jemaah Islamiyah. Tahun 2004, Lee Hsien Loong, putra sulung Lee Kuan Yew, menjadi perdana menteri Singapura.[32] Di antara keputusannya yang terkenal adalah rencana membuka kasino untuk mendorong pariwisata.[33]
Pemerintahan dan politik[sunting | sunting sumber]
Singapura adalah sebuah republik parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer unikameral Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara ini.[34] Partai Aksi Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen di setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959.[35] Freedom House menyebut Singapura sebagai "sebagian bebas" dalam "laporan Freedom in the World" dan The Economist menempatkan Singapura pada tingkat "rezim hibrida", ketiga dari empat peringkat dalam "Indeks Demokrasi".
Tampuk kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Presiden Singapura, secara historis merupakan jabatan seremonial, diberikan hak veto tahun 1991 untuk beberapa keputusan kunci seperti pemakaian cadangan nasional dan penunjukan jabatan yudisial. Meski jabatan ini dipilih melalui pemilu rakyat, hanya pemilu 1993 yang pernah diselenggarakan sampai saat ini. Cabang legislatif pemerintah dipegang oleh parlemen.[36]
Pemilihan parlemen di Singapura memiliki dasar pluralitas untuk konstituensi perwakilan kelompok sejak Undang-Undang Pemilihan Parlemen diubah tahun 1991.[37]
Anggota parlemen (MP) terdiri dari anggota terpilih, non-konstituensi dan dicalonkan. Mayoritas MP terpilih melalui pemilihan umum dengan sistem pertama-melewati-pos dan mewakili Anggota Tunggal atau Konsituensi Perwakilan Kelompok (GRC).[38]
Singapura beberapa kali masuk sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia oleh Transparency International.[39][40]
Meski hukum di Singapura diwariskan dari hukum Inggris dan India Britania, dan meliputi banyak elemen hukum umum Inggris, dalam beberapa kasus hukum ini keluar dari warisan tersebut sejak kemerdekaan. Contohnya adalah pengadilan oleh juri dihapuskan.
Singapura memiliki hukum dan penalti yang meliputi hukuman korporal yudisial dalam bentuk pencambukan untuk pelanggaran seperti pemerkosaan, kekerasan, kerusuhan, penggunaan obat-obatan terlarang, vandalisme properti, dan sejumlah pelanggaran imigrasi.[41][42] Singapura juga memiliki hukuman mati wajib untuk pembunuhan tingkat pertama, penyelundupan obat-obatan terlarang, dan pelanggaran senjata api.[43] Amnesty International mengatakan bahwa "serangkaian klausa dalam Undang-Undang Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang dan Undang-Undang Pelanggaran Senjata Api berisi dugaan bersalah yang bertentangan dengan hak dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah dan mengikis hak pengadilan yang adil", dan memperkirakan bahwa Singapura memiliki "kemungkinan tingkat eksekusi tertinggi di dunia bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya".[44] Pemerintah menyatakan bahwa Singapura memiliki hak berdaulat untuk menentukan sistem yudisialnya dan memaksakan sesuatu yang dianggap sebagai hukuman yang pantas.[45] Pemerintah memiliki sengketa dalam beberapa poin laporan Amnesty. Mereka berkata bahwa dalam lima tahun sampai 2004, 101 warga Singapura dan 37 warga asing telah dieksekusi, semuanya kecuali 28 orang disebabkan oleh pelanggaran obat-obatan terlarang.[45] Amnesty menyebutkan 408 eksekusi antara 1991 dan 2003 dari pemerintah dan sumber lain dari jumlah penduduk sebanyak empat juta jiwa.[44]
Sebuah survei oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) mengenai eksekutif bisnis ekspatriat bulan September 2008 menemukan bahwa orang-orang yang disurvei menganggap Hong Kong dan Singapura memiliki sistem yudisial terbaik di Asia, dengan Indonesia dan Vietnam yang terburuk: sistem yudisial Hong Kong diberi skor 1.45 dalam skala (0 untuk terbaik dan 10 untuk terburuk); Singapura dengan skor 1.92, diikuti Jepang (3.50), Korea Selatan (4.62), Taiwan (4.93), Filipina (6.10), Malaysia (6.47), India (6.50), Thailand (7.00), China (7.25), Vietnam (8.10) dan Indonesia (8.26).[46][47]
PERC memberi komentar bahwa karena survei ini melibatkan eksekutif bisnis ekspatriat daripada aktivis politik, kriteria seperti kontrak dan perlindungan IPR lebih ditekankan: "persepsi umum ekspatriat adalah bahwa politik setempat tidak memenuhi cara hukum perdagangan dan kriminal dilaksanakan". PERC mencatat bahwa nilai teratas Singapura dalam survei tersebut tidak termasuk aktivis politik yang mengkritik Partai Aksi Rakyat (PAP) karena menggunakan pengadilan untuk membungkam kritikus.
Pada November 2010, sebuah pengadilan Singapura memberi hukuman penjara enam minggu kepada penulis Britania, Alan Sheldrake atas penghinaan terhadap pengadilan dalam bukunya, "Once A Jolly Hangman: Singapore Justice In The Dock", berdasarkan wawancara dengan bekas eksekutor pengadilan dan kritik terhadap hukuman mati di negara ini[48].
Geografi[sunting | sunting sumber]
Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m (545 ft).[49]
Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km2 (224,5 sq mi) pada 1960-an menjadi 704 km2 (271,8 sq mi) pada hari ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km2 (38,6 sq mi) pada 2030.[50] Proyek ini kadang mengharuskan beberapa pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah untuk membentuk pulau-pulau besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.[butuh rujukan]
Iklim[sunting | sunting sumber]
Dalam sistem klasifikasi iklim Köppen, Singapura memiliki iklim tropik khatulistiwa tanpa musim yang nyata berbeda, kesamaan suhu, kelembapan tinggi, dan curah hujan yang melimpah. Suhu berkisar antara 22 to 34 °C (71,6 to 93,2 °F). Rata-rata kelembapan relatif berkisar antara 90% di pagi hari dan 60% di sore hari. Pada cuaca hujan yang berkepanjangan, kelembapan relatif dapat mencapai 100%.[51] Suhu terendah dan tertinggi yang tercatat dalam sejarah maritim Singapura adalah 19,4 °C (66,9 °F)* dan 35,8 °C (96,4 °F).
Bulan Mei dan Juni merupakan bulan terpanas, sedangkan November dan Desember merupakan musim muson basah.[52] Dari bulan Agustus hingga Oktober, seringkali terdapat kabut, terkadang cukup mengganggu hingga pemerintah mengeluarkan peringatan kesehatan kepada publik, hal ini disebabkan oleh kebakaran semak-belukar di negara tetangganya, Indonesia. Singapura tidak menggunakan waktu musim panas atau perubahan zona waktu musim panas. Jarak waktu hari hampir sama sepanjang tahun dikarenakan letak Singapura yang berdekatan dengan garis khatulistiwa.
Sekitar 23% daratan Singapura terdiri dari hutan dan cagar alam.[53] Urbanisasi telah menghapus banyak daerah yang dulunya merupakan hutan hujan utama, tinggal menyisakan wilayah utama di daerah Cagar Alam Bukit Timah. Berbagai taman telah dijaga, seperti Singapore Botanic Gardens.
[sembunyikan]Data iklim Singapore (Singapore Airport) | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 29.9 (85.8) | 31.0 (87.8) | 31.4 (88.5) | 31.7 (89.1) | 31.6 (88.9) | 31.2 (88.2) | 30.8 (87.4) | 30.8 (87.4) | 30.7 (87.3) | 31.1 (88) | 30.5 (86.9) | 29.6 (85.3) | 30.9 (87.6) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.1 (73.6) | 23.5 (74.3) | 23.9 (75) | 24.3 (75.7) | 24.6 (76.3) | 24.5 (76.1) | 24.2 (75.6) | 24.2 (75.6) | 23.9 (75) | 23.9 (75) | 23.6 (74.5) | 23.3 (73.9) | 23.9 (75) |
Presipitasi mm (inci) | 198 (7.8) | 154 (6.06) | 171 (6.73) | 141 (5.55) | 158 (6.22) | 140 (5.51) | 145 (5.71) | 143 (5.63) | 177 (6.97) | 167 (6.57) | 252 (9.92) | 304 (11.97) | 2.150 (84,65) |
Rata-rata hari hujan | 12 | 10 | 13 | 14 | 14 | 13 | 14 | 13 | 14 | 15 | 19 | 19 | 170 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 173.6 | 183.6 | 192.2 | 174 | 179.8 | 177 | 189.1 | 179.8 | 156 | 155 | 129 | 133.3 | 2.022,4 |
Sumber: Hong Kong Observatory [54] |
Komentar
Posting Komentar